Februari 16, 2017

Kepulangan Pertama : Ayahanda Tercinta

Sempat beberapa kali hal ini terlintas di pikiranku. Rasa penasaran dengan rahasia Tuhan akan kepulangan. Pernah pula aku merenungi apakah aku yang akan pulang duluan. Mengingat keluarga kami masih lengkap. Ayah dan Ibu dengan 7 anak, 6 menantu, dan 12 cucu. Kami diberikan rezeki dan nikmat garis keturunan yang saling kasih-mengasihi. Belum ada yang pulang. Sementara itu, tidak sedikit entah teman, keluarga (bukan inti), tetangga, dan para sahabat merasakan kehilangan di dalam lingkaran keluarga mereka.

Kenangan sewaktu hemodialisa di RS Wijayakusuma

Rabu, 8 Februari 2017 pukul 12.40 WIB. Kepulangan pertama akhirnya datang juga di keluarga besar kami. Allah swt memilih Ayah sebagai yang pertama untuk kembali menghadap-Nya. Ayah tersayang kami, Semoga Almarhum Ayah ditempatkan di sisi yang mulia disana serta dilapangkan kuburnya. Aku percaya semua kehendak yang tertulis di Lawh Mahfuz adalah skenario yang paling terbaik. Aku sangat percaya itu. Semoga Almarhum Ayah husnul khotimah. Allahuma Aamiin.

Banyak teka-teki Tuhan dalam kehidupan kami. Setelah merenungi kepulangan Ayah. Kami mempercayai bahwa Allah swt sangat rapi mengatur kesemuanya. Hanya sedikit saja kami mengetahui hikmah dari kejadian tetang kepulangan pertama ini. Mencoba menyadari meskipun rasio pikiran kami sebagai hamba Tuhan sangatlah terbatas.

Bersyukur dengan mengucap Alhamdulillah, Tuhan menakdirkan kejadian ini di waktu yang paling tepat. Sebagaimana Allah berfirman “Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang” (QS 28 ayat 11). Setelah pertama, tugas almarhum Ayah sudah selesai di muka bumi ini menghidupi Ibu dan membesarkan semua anaknya dalam keadaan dewasa juga mapan. Inshaa allah kami akan menjalankan pelajaran dan pengajaran yang Ayah berikan semasa hidup kepada kami. Sangat banyak sekali pengorbanan, kerja keras, perjuangan, membanting tulang, kasih sayang, dan aspek kehidupan yang berguna agar kami menjadi manusia yang bermanfaat.

Kenangan wisuda September 2015.
Kedua, tercapainya cita-cita Ayah akan kehidupan anak-anaknya berkaitan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibanding Ayah. Memang, aku menyadari hal ini lebih semata keduniawian, namun tujuan Ayah yang aku tangkap bukan sekedar untuk mengejar hal itu. Akan tetapi, untuk keseimbangan iman dan ilmu agar selaras menyongsong kehidupan lebih baik (istiqomah). Ketiga, Alhamdulillah ku ucapkan kembali, Tuhan memberikan umur yang panjang kepada Ayah di mana yang aku tahu, umur manusia setelah masa Nabi Muhammad saw, tidak jauh dari umur nabi yaitu 63 tahun. Allah Maha Pengasih memberikan Ayah 68 tahun untuk menyelesaikan tugas mulia yang Allah swt berikan di keluarga kami. Sungguh janji Allah Maha luar biasa. Bahkan kepulangan Ayah pun membuat keluarga besar kami dan juga para tetangga berkumpul saling silaturahim mengiringi prosesi pemakaman Ayah hingga dikuburkan ke liang lahat. Banyak sekali orang-orang yang sayang kepada Ayah memanjatkan doa.

Ayah kini sudah pulang. Pengorbanan dan jasanya tidak akan pernah lekang. Ayah sekarang sudah pulang. Hanya bisa mengingat kenangan di masa kemarin. Masa bahagia, susah, senang, sedih dan tertawa bersama Ayah. Semuanya menjadi cerita dalam memori kami. Cerita rindu untuk kami semua. Ibu sempat menuturkan kenangan selepas kepergian Ayah. Membuka lembaran catatan kehidupan di sepanjang perjalanan yang terlewati. Ibu sekarang memang sendirian. Giliran kami lah yang bertanggungjawab untuk kebahagiaan Ibu. Ayah adalah pejuang Tuhan yang dititipkan sesaat, beliau dihadirkan di keluarga besar kami.

Banyak ceritera yang bisa kami ulang. Meski hanya sekedar luapan perasaan dari rekaman memori kami masing-masing. Yang jelas, kami sangat bahagia serta bersyukur berada di keluarga ini. Terima kasih Tuhan atas segala kehendak-Mu. 

Ayah, yang selalu kami rindukan. Kami sangat sayang Ayah. Namun, Tuhan lah yang lebih dan sangat menyayangi Ayah (Arrahmanirrahim). Semoga doa-doa kami selalu sampai. Menuju tiang-tiang langit. Sampai ke bait-bait Allah melalui para malaikat-Nya. Aamiin ya robbal 'alamin.

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.  Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

Allaahummaghfirlahuu, warhamhuu, wa 'aafihii, wa'fu 'anhuu, wa akrim nuzuulahuu, wa wassi' madkhalahuu, waghsilhu bimaa-in watsaljin wabaradin, wanaqqihii minal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minaddanasi, wa abdilhu daaran khairan min daarihii, wa ahlan khairan min ahlihii, wa zaujan khairan min zaujihii, waqihi fitnatal qabri wa 'adzaabannaar.
Share:

Instagram